Rabu, 06 Februari 2013

Bersyukur Itu Nikmat

Keutamaan Bersyukur…
Bersyukur Dengan Lisan
Apa arti Syukur? Dari segi bahasa Syukur berasal berasal dari kata "Syakara"-"Yasykuru" yang maknanya "Tsana'"; yaitu "Memuji" atau "Menghargai". Jadi, mensyukuri nikmat artinya "menghargai nikmat" tidak menghinanya. Nabi saw memberi petunjuk yang jelas dalam hal ini, sabda Beliau: "Man Lam Yasykuril-Qalil Lam Yasykuril-Katsir".
Artinya:" Siapa-saja yang tidak bisa menghargai --nikmat-- yg sedikit, maka ia tidak akan bisa menghargai --nikmat-- yang banyak". Ini merupakan pelajaran bersyukur, yaitu dimulai dari belajar menghargai nikmat yang sedikit.
Mensyukuri atau menghargai nikmat, akan membuat nikmat semangkin bertambah, sebagaimana firman Allah: "La-in Syakartum La-azidannakum", artinya: "Niscaya jika kalian bersyukur (menghargai), pasti Aku (Allah) akan menambah --kenikmatan-- untuk kalian" (Surah Ibrahim (14) ayat 7). 
Pertanyaannya: Bersyukur yang bagaimana yang bisa menambah kenikmatan?









Shadaqoh Jariyah, atau iImu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kepadanya”.
Tidak perlu diragukan lagi akan keutamaan syukur dan ketinggian derajatnya, yakni syukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang datang terus beruntun dan tiada habis-habisnya. Di dalam Al-Qur’an Allah menyuruh bersyukur dan melarang kebalikannya. Allah memuji orang-orang yang mau bersyukur dan menyebut mereka sebagai makhluk-makhluk-Nya yang istimewa. Allah menjadikan syukur sebagai tujuan penciptaan-Nya, dan menjanjikan orang-orang yang mau melakukannya dengan balasan yang sangat baik. Allah menjadikan syukur sebagai sebab untuk menambahkan karunia dan pemberian-Nya, dan sebagai sesuatu yang memelihara nikmat-Nya. Allah memberitahukan bahwa orang-orang yang mau bersyukur adalah orang-orang yang dapat memanfaatkan tanda-tanda kebesaran-Nya.
Allah memerintahkan untuk bersyukur pada beberapa ayat Al-Qur’an. Allah berfirman:

وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“… dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (An-NahI: 114)

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ

“Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah: 152)

فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“… maka mintalah rizki itu di sisi Allaih dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.“ (Al-Ankabut: 17)
Allah menggantungkan tambahan nikmat dengan syukur. Dan tambahan nikmat dari-Nya itu tiada batasnya, sebagaimana syukur kepada-Nya. Allah berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)
Dengan bersyukur akan selalu ada tambahan nikmat. Ada peribahasa mengatakan, ‘Jika kamu tidak melihat keadaanmu bertambah, maka bersyukurlah.’
Allah mengabarkan bahwa yang menyembah Diri-Nya hanyalah orang yang bersyukur pada-Nya. Dan siapa yang tidak mau bersyukur kepada-Nya berarti ia bukan termasuk orang-orang yang mengabdi-Nya. Allah berfirman:

وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“… dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar hanya kepada Allah saja kamu menyembah.” (Al-Baqarah: 172)
Allah mengabarkan keridhaan-Nya terletak pada mensyukuri-Nya. Allah berfirman:

وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

“… dan jika kamu bersyukur niscaya Allah meridhai bagimu kesyukuranmu itu …” (Az-Zumar: 7)
Allah mengabarkan bahwa musuh-Nya iblis selalu berusaha menggoda manusia agar tidak bersyukur, karena ia tahu kedudukan syukur yang sangat tinggi dan nilainya yang sangat agung, seperti yang terungkap dalam firman-Nya:

ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“… kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (Al-A’raaf: 17)
Allah membarengkan syukur dengan iman dan memberitahukan bahwa Dia tidak punya keinginan sama sekali untuk menyiksa hamba-hamba-Nya yang mau bersyukur dan beriman kepada-Nya. Allah berfirman:

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.“ (An-Nisaa: 147) Artinya, kalau kalian mau bersyukur dan beriman yang menjadi tujuan kalian diciptakan, maka buat apa Allah menyiksa kalian?
Lantas Bagaimanakah kita Bersyukur?
Asal dan hakikat syukur ialah mengakui nikmat yang memberinya dengan cara tunduk, patuh dan cinta kepadanya. Orang yang tidak mengenal bahkan tidak mengetahui suatu nikmat ia jelas tidak bisa mensyukurinya. Demikian juga dengan orang yang mengenal nikmat tetapi tidak mengenal yang memberinya, ia tidak mensyukurinya. Orang yang mengenal nikmat berikut yang memberikannya tetapi ia mengingkarinya berarti ia mengkufurinya. Orang yang mengenal nikmat berikut yang memberikannya, mau mengakui dan juga tidak mengingkarinya, tetapi ia tidak mau tunduk, mencintai dan meridhai, berarti ia tidak mau mensyukurinya. Dan orang yang mengenal nikmat berikut yang memberinya lalu ia mau tunduk, mencintai dan meridhai serta menggunakan nikmat untuk melakukan keta’atan kepadanya, maka ia adalah orang yang mensyukurinya.
Dengan demikian jelas bahwa syukur itu harus berdasarkan lima landasan, yakni kepatuhan orang yang bersyukur kepada yang disyukuri, kecintaan orang yang bersyukur kepada yang disyukuri, pengakuan orang yang bersyukur atas nikmat yang disyukuri, sanjungan orang yang bersyukur kepada yang disyukuri atas nikmatnya dan tidak menggunakan nikmat itu untuk hal-hal yang tidak disukai oleh yang disyukuri. Kelima hal itulah yang menjadi asas dan landasan syukur. Satu saja di antaranya tidak ada maka salah satu kaidah syukur menjadi rusak








informasi/woro-woro:

Kami Tim Panpel Pembangunan Renovasi Musholla Al-Fudhola (arti: Fadhilah~Keutamaan)
“ Mengajak Kaum Muslimin wal Muslimat Dalam Membangun, Meramaikan Dan Memakmurkan Sarana Ibadah Musholla Al-Fudhola Blok F Perumahan Graha Prima Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi melalui Infaq, Jariyah, dan Shodaqoh Dari Sebagian Rezekinya.

*** Sekretariat : Blok F  No.102 RT.012 RW.016/III Perumahan Graha Prima Desa Mangun Jaya
Kecamatan Tambun Selatan – Kabupaten Bekasi 17517.
Informasi  Hp. 0817804963, 081398489892
Bank Jabar Cabang Cikarang KCP Tambun
No. Rek. 0008814279100 an. Kasan Munawar Ketua Panitia Pembangunan
Musholla Al-Fudhola Perumahan Graha Prima Tambun Bekasi.
salam kami  via link:
https://rttiduabelas.blogspot.com/2015/04/makna-bersedekah.html
http://grahaprimartduabelas.blogspot.com/2014/05/proposal.html
https://www.facebook.com/blokfgrahaprimaduabelas/
https://www.facebook.com/ainurrohman2021bangon

Jilbab Cantik

Engkau Cantik Dengan Jilbabmu




Saudariku,

Engkau sangat cantik dengan balutan jilbab lebarmu, tak terlihat sedikitpun lekuk tubuhmu
Engkau menjaga dirimu dari pandangan lelaki jalang yang bisa saja berniat jahat pada dirimu
Engkau pula membantu para lelaki alim nan sholeh untuk tunduk pandang dari moleknya tubuhmu
Engkau lakukan itu sebagai manifestasi kehambaanmu kepada Rabb
Teriknya matahari tidak menghalangi untuk tetap beribadah
Engkau rela merasa kepanasan dan mengeluarkan banyak peluh
Dan kutahu kau kadang merasakan lelah yang sangat
Namun demi kecintaan pada Rabb RasulNya dan mengharap Jannah
Engkau ridho melakukan semua itu
Bukan hanya itu sering kau terkena cemooh dan hinaan
Perkataan setan-lah, ninja-lah, fundamentalis-lah, apalah-lah
Tak jarang pula kau bahkan menerima penyiksaan yang pahit
baik oleh keluargamu sendiri sampai kepada masyarakat
kau ditendang, diusir, dikurung dan entah hukuman apa lagi
Namun engkau tetap tak bergeming layaknya benteng yang terbuat dari baja kokoh
Kau menyikapi semua itu dengan sikap anggun dan penuh bijaksana
Sambil berkata “Ini perintah agama dan ku yakin Allah akan menolongku”
Sungguh, Benar-benar berbudi dirimu wahai saudariku
Menjaga diri dari Naar yang menyala-nyala






Sabtu, 02 Februari 2013

Wanita Muslimah

Ciri-ciri Wanita Muslimah Calon Istri Idaman Lelaki 


 Ciri-ciri wanita calon istri idaman lelaki
















Bismillaahirrahmaanirrahiim,
berikut adalah ciri-ciri dari istri idaman lelaki ...

  1. istri idaman adalah seorang muslimah yang baik.
  2. Ia adalah seorang Wanita yang kokoh berpegang teguh atas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala
  3. Ia adalah seorang Wanita yang selalu patuh dan taat kepada orang tua.
  4. Ia adalah seorang Wanita yang ikhlas dalam menjaga dan menutupi auratnya.
  5. Ia adalah seorang Wanita yang merendahkan suara dan santun jika bertutur kata.
  6. Ia adalah seorang Wanita yang senantiasa menjaga kemuliaan akhlak (tingkah laku) dimanapun ia berada.
  7. Ia adalah seorang Wanita yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibanding berada di luar untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
  8. Ia adalah seorang Waita yang tidak suka berkumpul-kumpul untuk berghibah (memperbincangkan kejelekan orang lain).
  9. Ia adalah seorang Wanita yang tidak suka bersolek berlebihan dan tidak suka bertabarruj (sengaja menampakkan kecantikan diri) yang pada akhirnya mengundang nafsu kaum Adam.
  10. Dan istri idaman adalah seorang Wanita muslimah yangg lebih mengedepankan menuntut ilmu dibanding keinginan untuk sekedar mempunyai pacar.








Berbahagialah muslimah memiliki ciri-ciri istri idaman yang demikian. Karena merupakan sosok wanita muslimah yang Insya Allah akan mampu menjadi penyejuk dan pengayom dalam sebuah rumah tangga nanti.Kalaupun masih ada yang merasa jauh dari ciri-ciri istri idaman diatas, marilah mulai sekarang kita berlomba-lomba meraihnya. Semoga tulisan tentang ciri-ciri istri idaman lelaki ini Bermanfaat untuk kita semua terutama untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allaah Subhanahu Wa Ta’aala… Aamiiin Ya Allaah. . . . .